Communication Club BMI HK Belajar Teknik Jurnalistik DDHK News, Hong Kong — Sebuah berita yang baik mengandung unsur 5W1H, yaitu, Who (Siapa), What (Apa), When (Kapan), Where (Di Mana), Why (Kenapa), dan How (Bagaimana). Selain itu, berita yang dibuatt harus sesuai dengan kenyataan, tidak boleh mengada-ada.
Demikianlah disampaikan editor-in-chief koran mingguan Ethnic Voice, JB Pun Magar, kepada para anggota Communication Club (CC) BMI Hong Kong, Minggu (30/9), di Victoria Park, Hong Kong.
Ia mencontohkan berita demonstrasi Muslim Hong Kong mengecam film Innocence of Muslims. “Sebelum membuat berita, kita harus menonton film itu terlebih dahulu, agar tahu dan memahami betul arti yang terkandung di dalamnya, sehingga kita bisa menyimpulkan dengan benar,” katanya. “Ketika kita membuat berita tentang pengecaman film tersebut, beritanya pun akurat dan berdasarkan fakta yang ada”.
Dia juga berbagi tentang pengalamannya di dunia jurnalistik yang sudah memakan 20 tahun dari usianya. “Tidak mudah untuk menjadi seorang jurnalis profesional. Kita harus sabar dan tetap berusaha,” katanya. “Teori saja tidak akan bisa untuk menjadikan kita seorang jurnalis, maka dari itu, kita harus langsung terjun ke lapangan dan mempraktikkannya sekalian untuk mengasah bakat.”
Pandangannya tentang BMI Hong Kong berubah saat dia mengenal CC ini. “Tidak semua BMI Hong Kong berkelakuan senonoh seperti video di youtube,” katanya. “CC adalah salah satu bukti nyata, dari sekian banyaknya organisasi-organisasi BMI Hong Kong yang mempunyai kegiatan positif, serta menyampaikan syiar agamanya di tengah-tengah profesinya sebagai BMI HK.”
Para anggota CC belajar dengan seksama, meskipun dia bukan orang Indonesia, juga bukan orang Muslim. Belajar tidak pernah mengenal usia, tidak mengenal agama, budaya, dan lain-lain. Asalkan itu positif, bermanfaat, dan sesuai dengan ajaran agama, kenapa tidak? Komunikasi? Just Write, Speak Up, Yes…! (Yulia Cahyaningrum/ddhongkong.org).*
Demikianlah disampaikan editor-in-chief koran mingguan Ethnic Voice, JB Pun Magar, kepada para anggota Communication Club (CC) BMI Hong Kong, Minggu (30/9), di Victoria Park, Hong Kong.
Ia mencontohkan berita demonstrasi Muslim Hong Kong mengecam film Innocence of Muslims. “Sebelum membuat berita, kita harus menonton film itu terlebih dahulu, agar tahu dan memahami betul arti yang terkandung di dalamnya, sehingga kita bisa menyimpulkan dengan benar,” katanya. “Ketika kita membuat berita tentang pengecaman film tersebut, beritanya pun akurat dan berdasarkan fakta yang ada”.
Dia juga berbagi tentang pengalamannya di dunia jurnalistik yang sudah memakan 20 tahun dari usianya. “Tidak mudah untuk menjadi seorang jurnalis profesional. Kita harus sabar dan tetap berusaha,” katanya. “Teori saja tidak akan bisa untuk menjadikan kita seorang jurnalis, maka dari itu, kita harus langsung terjun ke lapangan dan mempraktikkannya sekalian untuk mengasah bakat.”
Pandangannya tentang BMI Hong Kong berubah saat dia mengenal CC ini. “Tidak semua BMI Hong Kong berkelakuan senonoh seperti video di youtube,” katanya. “CC adalah salah satu bukti nyata, dari sekian banyaknya organisasi-organisasi BMI Hong Kong yang mempunyai kegiatan positif, serta menyampaikan syiar agamanya di tengah-tengah profesinya sebagai BMI HK.”
Para anggota CC belajar dengan seksama, meskipun dia bukan orang Indonesia, juga bukan orang Muslim. Belajar tidak pernah mengenal usia, tidak mengenal agama, budaya, dan lain-lain. Asalkan itu positif, bermanfaat, dan sesuai dengan ajaran agama, kenapa tidak? Komunikasi? Just Write, Speak Up, Yes…! (Yulia Cahyaningrum/ddhongkong.org).*
Anda baru saja membaca artikel yang berkategori Beritaku
dengan judul Communication Club BMI HK Belajar Teknik Jurnalistik. Anda bisa bookmark halaman ini dengan URL http://yuliacahya2012.blogspot.com/2012/11/communication-club-bmi-hk-belajar.html. Terima kasih!
Ditulis oleh:
Unknown -
Belum ada komentar untuk "Communication Club BMI HK Belajar Teknik Jurnalistik"
Post a Comment