Yulia Cahya Blog

NICE TO BE IMPORTANT, BUT MORE IMPORTANT TO BE NICE

Tragedi Buah Durian

Tragedi Buah DurianOleh Yulia Cahyaningrum
Pembantu Rumah Tangga (PRT), menurut sebagian orang, adalah profesi yang sangat rendah. Tidak jarang PRT mendapatkan perlakuan yang tidak adil. Kebenaran apa pun yang kita punya selalu dianggap salah.
Tapi jangan berkecil hati, sesungguhnya PRT itu adalah seorang pahlawan. Bukan hanya pahlawan devisa, tetapi juga pahlawan bagi keluarganya, juga bagi dirinya sendiri.
Maka dari itu, jangan pernah takut untuk membela diri. Jangan biarkan orang lain menginjak-injak harga diri kita sebagai seorang PRT. Pertahankan itu semua, selama apa yang kita lakukan adalah benar.
Suatu sore majikanku menyuruhku belanja untuk keperluan ”sembahyang”. Tentu saja shopping list-nya sampai satu halaman full. Semua shopping list telah terbeli dan bayangkan saja, diriku seperti tempat penitipan barang! Kedua pundakku telah tergantung tas belanjaan berisi buah-buahan. Tangan kananku menenteng sayur dan durian seberat 6 kg. Tangan kiriku membawa plastik berisi ikan, udang, kepiting, dll.
Oh, begitu beratnya. Akhirnya aku memperlambat jalanku agar tidak kehabisan tenaga. Aku melihat ada seorang wanita berkewarganegaraan Cina berjalan dengan putranya sambil bercanda ria tak memperhatikan jalanan. Tahu-tahu, tubuhku ditabrak sama putranya. Bukannya meminta maaf, dia malah bilang ”jisin” kepadaku dan berlalu pergi.
Sekitar lima menit kemudian, mereka mengejarku dan dengan nada yang galak berkata,”Siuce, lei kolai lah. Lei dai goe ke sau, goe sau siong a, jisin,” sambil memperlihatkan tangan putranya yang tergores akibat menabrak durianku. Artinya, ”nona, ke sini kamu lihatlah, tangan anakku terluka, gila.”
Dia marah-marah kepadaku, padahal tadi ‘kan anaknya yang menabrakku, bukan aku menabrak dia! Kenapa malah aku yang kena marah? Aneh ah…
Yang aku lakukan pertama kali adalah meminta maaf kepada mereka, karena durianku telah melukai tangan anaknya. Kemudian aku mencoba menjelaskan semuanya. Dia bilang dia tidak terima, dia minta ganti rugi padaku. Dia semakin emosi dan terus menerus menyalahkanku.
Aku tidak mau disalahkan begitu saja, karena bukan aku yang menabrak putranya, tapi putranyalah yang menabrakku, dan kebetulan, nabraknya mengenai durianku. Aku hanya mencoba untuk membela diri dari kesalahpahaman.
Dia menelpon suaminya dan memintanya untuk datang di TKP. Aku juga melakukan hal yang sama, meminta majikanku datang untuk membantuku menyelesaikan masalah.
Kecewa! Aku sangat kecewa saat majikanku datang karena dia langsung menyalahkanku. Majikanku menyuruhku untuk diam. Aku turuti kemauannya, tapi dalam hatiku, aku sangat marah dengan ketidakadilan ini. Kenapa aku yang disalahkan? Memang benar, durian yang kubawa telah melukai tangannya, tapi itu semua karena dia menabrakku. Bukan aku yang menabraknya!
Setelah berbicara dengan majikanku, wanita itu langsung pergi. Aku pamit mau kembali ke pasar karena ada barang yang lupa aku beli. Padahal, saat itu aku pergi menemui temanku dan menceritakan semua kejadian ini. Dia hanya menyuruhku sabar dan ketika dia melihatku menangis, dia malah mengejekku,” Katanya pahlawan, kok nangis, hilang tuh cantiknya!”
Tangisku berubah menjadi tawa. Akhirnya aku pulang dan majikanku meminta maaf kepadaku atas kejadian tadi.
Dia bilang kalau watak orang Cina memang seperti itu, makanya lebih baik mengalah daripada masalah. Tidak harus begitu kaleeee….! (Yulia Cahyaningrum, BMI Hong Kong/ddhongkong.org).*
Share it:
Anda baru saja membaca artikel yang berkategori coretanku dengan judul Tragedi Buah Durian. Anda bisa bookmark halaman ini dengan URL http://yuliacahya2012.blogspot.com/2012/08/tragedi-buah-durian.html. Terima kasih!
Ditulis oleh: Unknown -

Belum ada komentar untuk "Tragedi Buah Durian"

Post a Comment