Yulia Cahya Blog

NICE TO BE IMPORTANT, BUT MORE IMPORTANT TO BE NICE

‘Belajar Berkurban dari Nabi Ibrahim

‘Belajar Berkurban dari Nabi Ibrahim Halaqoh Bersatu BMI Hong Kong menggelar tausiyah, Selasa (23/10), di Masjid Ammar Wan Chai, Hong Kong, jam 14.00 s.d. Ashar yang dihadiri sekitar 350 jamaah. Hari Selasa kali ini merupakan hari libur bersama sebagai peringatan Cong Yeong Festifal di Hong Kong. Tausiyah diisi oleh Ustad Nasruddin Latief dari Universitas Pramadina, Jakarta.
Dia menyampaikan tausiyah tentang Nabi Ibrahim as. Nabi Ibrahim berasal dari Babil (Babilonia). Tepatnya di Irak selatan, disebuah kota yang bernama kota Kur. Nabi ibrahim adalah seorang anak yang cerdas. Ayahnya bernama Azar. Dia adalah seorang pembuat patung berhala yang sangat disayangi Raja Namrud. Patung-patung karyanya disembah oleh para pengikut Raja Namrud.
Dalam dakwahnya, Nabi Ibrahim hijrah di wilayah Kharran Utara. Setelah itu, dia hirah ke Palestina (Kan’an), kemudian dia menikah dengan Siti Sarah. Namun, hingga usianya lanjut, dia belum juga dikaruniai keturunan. Atas permintaan Siti Sarah, Nabi Ibrahim menikah dengan Siti Hajar supaya mereka memiliki keturunan.
Dari pernikahannya dengan Siti Hajar, dia mempunyai seorang putra bernama Ismail, kemudian Allah memerintahkan mereka bertiga hijrah ke Makkah untuk melaksanakan haji.  “Pada masa itu kota Makkah masih kosong, belum berpenghuni,” kata Ust. Nasrudin.
Setelah mereka selesai menunaikan ibadah haji, Allah SWT memerintahkan Nabi Ibrahim meninggalkan istri dan bayinya di Makkah. Antara kepatuhan seorang hamba dan kasih sayang seorang ayah, akhirnya dengan berat hati meninggalkan mereka berdua.
Kemudian dia kembali ke Palestina menemui Siti Sarah. Di sanalah mukjizat Allah datang. Di usianya yang sudah tua renta, mereka dikaruniai keturunan dan Siti Sarah melahirkan seorang putra bernama Ishaq (Nabi Ishaq as).
Suatu saat Ibrahim rindu kepada Siti Hajar dan Ismail yang hidup bahagia bersama suku Jurhum di Makkah. Atas izin Sarah, Ibrahim berangkat menemui istri dan anaknya di padang Arafah. Setelah matahari terbenam, Ibrahim mengajak keluarganya pulang ke Makkah. Mereka berhenti di suatu tempat yang sekarang disebut Muzdalifah.
Karena letih, Ibrahim tertidur dan bermimpi bahwa Allah Swt memerintahkannya untuk menyembelih anaknya, Ismail, sebagai kurban. Perintah itu ditaati oleh Ibrahim serta Ismail, dan dilaksanakan di sebuah bukit (kini dinamai Bukit Malaikat) di Mina.
Namun ketika Ismail hendak disembelih, Allah Swt menggantinya dengan seekor kibas (Q.37:102-111). Peristiwa Nabi Ibrahim yang oleh Allah diperintahkan untuk menyembelih putranya, Ismail, hingga kini kita ikuti dalam pelaksanakan hari raya kurban (Idul Adha).
“Bahwa kita harus mencintai Allah melebihi cinta kita kepada mahluknya, termasuk keluarga sendiri. Yang intinya, Allah tak akan memberikan cobaan di luar batas kemampuan seorang hamba, dan titik terpenting dari cerita tersebut adalah jngan mudah putus asa,” pesan Ust. Nasrudin.
Anda baru saja membaca artikel yang berkategori Beritaku dengan judul ‘Belajar Berkurban dari Nabi Ibrahim. Anda bisa bookmark halaman ini dengan URL http://yuliacahya2012.blogspot.com/2012/11/berkurban-dari-nabi-ibrahim.html. Terima kasih!
Ditulis oleh: Unknown -

Belum ada komentar untuk "‘Belajar Berkurban dari Nabi Ibrahim"

Post a Comment